Jumat, 07 Januari 2011

Perkenalkan...

Ijinkan saya memperkenalkan diri, nama saya Fransiskus de Sales Onggo Lukito, sejak tahun 1995 sampai saat ini masih menjadi organis di Paroki St. Robertus Bellarminus, Cililitan. Saat ini saya sedang menjalani tahun ketiga mengemban amanat menjadi Seksi Liturgi di paroki tersebut, membantu romo kepala, Romo Mikael Irwan Susiananta SJ.

Walau saya... yang membuat grup ini, saya bukanlah pakar gregorian, bukan pula pakar musik liturgi. Memang saya bisa sedikit membaca notasi gregorian, namun secara teori dan tehnik saya masih perlu banyak belajar.

Perkenalan saya dengan nyanyian gregorian diawali sejak awal tahun 90an saat saya masih bersekolah di SD Santo Markus, Cililitan. Waktu itu setiap masa adven, selalu dinyanyikan ordinarium gregorian dalam bahasa Latin dari PS 339dst. Saya masih ingat waktu itu guru kami Bapak Puji Lestari (sekarang kepala sekolah SD St. Markus), juga mengajarkan lagu lain: Hai Langit Turunkan Embun (PS 438) dan Pencipta Bintang Semesta (PS 439).

Belakangan saya ketahui kedua lagu itu bukan sembarang lagu, melainkan lagu-lagu yang masih saya pelajari sampai sekarang: Rorate Caeli dan Creator Alme Siderum. Terima kasih Pak Puji karena pernah mengajari saya lagu-lagu ini.

Loncat ke awal tahun 2000an ketika kami waktu itu nekat mengadakan fesparawi dengan lagu wajib Asperges Me (PS 233/TPE hal. 23). Saya bilang nekat karena sebelumnya lagu itu belum pernah dinyanyikan, dan ritus tobat dengan pemercikan juga tidak pernah dilakukan. Fesparawi tersebut berjalan lancar dan sejak itu sampai sekarang ritus tobat dengan pemercikan rutin dipakai sambil menyanyikan Asperges Me.

Perkenalan selanjutnya (yang lebih intensif) meloncat jauh ke depan di awal tahun 2010 ketika paroki kami mengadakan rapat persiapan masa Prapaskah dan Pekan Suci. Ketika itu salah satu orang yang saya hormati, Bapak Frans Laba Bataona, mengusulkan kepada Romo Irwan agar selama Pekan Suci dapat dinyanyikan Credo. Romo Irwan bilang "Terserah seksi liturgi.".

Saya ingat waktu itu berpikir bahwa Syahadat hanya digunakan pada saat Minggu Palma, sedangkan untuk mempelajarinya akan makan banyak waktu. Maka spontan tanpa berpikir panjang saya menjawab kurang lebih begini "Waktunya terlalu mepet, lebih baik Credo kita siapkan untuk Natal tahun ini. Pekan Suci ini kita akan nyanyikan Pater Noster yang lebih pendek". Kadang saya merasa, Roh Kudus sungguh berkarya ketika memutuskan demikian.

Dari situ kemudian paroki kami melangkah lebih jauh dengan mempersiapkan Pater Noster. Paroki kami ini sangat beruntung punya Romo Irwan yang tidak hanya pandai bernyanyi, tapi juga sudi turun tangan sendiri melatih umat. Alhasil minggu-minggu Prapaskah dilalui dengan latihan bersama Romo Irwan sebelum misa dimulai.Terima kasih Romo Irwan.

Dukungan romo paroki tidak hanya sampai di situ, tapi juga bahkan rela mempelajari nyanyian pengantar Pater Noster maupun embolisme, yang semuanya dinyanyikan dalam bahasa Latin. Romo rekan waktu itu juga tidak mau kalah, juga ikut mempelajarinya.

Efeknya, walaupun tidak seberapa, dapat dirasakan. Ada koor yang mempelajari dan menyanyikan ordinarium Te Deum  (PS 345 dst.). Ada pula yang menyanyikan Allah Yang Tersamar (PS 560), terjemahan dari himne Adoro Te Devote. PS Archangeli, yang saya dan beberapa teman dirikan, juga semangat berlatih menyanyikan Popule Meus (PS 506) saat tugas Jumat Agung. Begitu pula sekuensia Paskah dan Pentakosta wajib dinyanyikan.

Menjelang masa adven yang lalu, Romo Irwan lagi-lagi bersedia melatih umat menyanyikan Credo sebelum misa dimulai. Alhasil selama masa adven sampai masa natal tiada misa minggu tanpa Credo. Ada yang protes, ada pula yang senang. Ada yang menggerutu, ada pula yang bersemangat. Tidak bisa dipungkiri, di antara mereka yang bersemangat adalah orang-orang tua yang sempat mengalami masa dimana Credo rutin dinyanyikan. Terakhir kali Credo dinyanyikan sebelum masa adven yang lalu adalah lebih dari 20 tahun lalu ketika misa bersama Paus Yohanes Paulus II di Stadion Utama Senayan.

Tahun 2011 ini baik Credo dan Pater Noster akan dinyanyikan setiap minggu pertama. Romo Irwan sekali lagi juga bersemangat ketika minggu lalu saya menyodorkan lagu Vidi Aquam (PS 234) untuk dipakai pada minggu-minggu tertentu di Masa Paskah. Rencana mem-fesparawi-kan ordinarium De Angelis (PS 343 dst.) juga sudah dikumandangkan, mudah-mudahan dapat disetujui.

Saya pribadi berharap Romo Irwan dapat tinggal lebih lama lagi berhubung beliau sudah cukup lama di paroki ini. Dukungan nyata seperti yang telah dilakukannya sungguh bermanfaat bagi umat, juga bagi dirigen dan koor yang tidak merasa jalan sendiri melakukan kewajiban ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar